Training Accurate

Metode Depresiasi dan Cara Menghitungnya

Metode Depresiasi dan Cara Menghitungnya
Facebook
WhatsApp
Telegram
LinkedIn
Daftar Isi

Sederhananya, depresiasi adalah penyusutan atau penurunan nilai aset. Jumlah tahun suatu aset yang menyusut, ditentukan oleh taksiran masa manfaat aset atau berapa lama aset tersebut dapat digunakan. Dalam perusahaan, aset yang mendapat depresiasi adalah yang digunakan untuk produksi. Beberapa contoh jenis yang paling umum dari aset yang dapat menyusut, yaitu kendaraan, bangunan, peralatan, perabot kantor, barang elektronik, dan mesin. Benda tak berwujud tertentu juga dapat dikategorikan aset yang dapat menyusut. Contohnya, paten, hak cipta, dan perangkat lunak komputer.Berikut ini akan dijelaskan sejumlah metode yang dapat Anda gunakan untuk menghitung depresiasi aset bisnis Anda beserta dengan contoh perhitungannya.

 

Metode Depresiasi dan Cara Menghitungnya

1. Straight line

Metode straight line atau garis lurus ini adalah cara paling dasar untuk mencatat penyusutan. Dengan menggunakan metode ini, Anda dapat mengetahui beban penyusutan yang sama setiap tahunnya sepanjang masa manfaat aset sampai seluruh aset menyusut ke nilai sisa. Berikut ini rumusnya:

Baca juga:  Rumus HPP dan Manfaat Menghitungnya 

Beban Depresiasi = (Nilai Buku Bersih – Nilai Sisa) / Masa Manfaat

Contohnya, perusahaan Anda membeli mesin dengan harga Rp 25.000.000. Adapun nilai sisa yang Anda tetapkan adalan Rp 5.000.000 dengan masa manfaat lima tahun. Maka beban depresiasinya yaitu:

Beban Depresiasi = (Rp 25.000.000 – Rp 5.000.000) / 5 tahun

Beban Depresiasi = Rp 4.000.000 / tahun

Dari sini, kita tahu bahwa tingkat depresiasi adalah 20%. Ini didapat dari jumlah penyusutan per tahun dibagi jumlah total penyusutan, kemudian dikalikan 100%.

2. Saldo Menurun

Metode saldo menurun adalah metode penyusutan yang dipercepat. Pada metode ini, beban penyusutan yang lebih besar pada tahun-tahun sebelumnya atau menurun setiap tahun. Berikut ini rumusnya:

Saldo Menurun = (Nilai Buku Bersih – Nilai Sisa) x (1 / Masa Manfaat) x Tingkat Depresiasi

Dengan menggunakan contoh straight line sebelumnya, biaya mesin Rp 25.000.000 dengan nilai sisa Rp 5.000.000. Umur mesin 5 tahun dan tingkat depresiasi 20% per tahun. Maka nilai saldo menurunnya yaitu:

Saldo Menurun = (Rp 25.000.000- Rp 5.000.000) x (1 / 5 tahun) x 20%

Baca juga:  Tips Menghindari Kesalahan Pembuatan Laporan Keuangan

Saldo Menurun = Rp 800.000 / tahun

Jadi, nilai penyusutan pada tahun pertama adalah Rp 4.000.000,lalu pada tahun kedua nilai penyusutannya Rp 3.200.000, dan seterusnya.

3. Penurunan Saldo Ganda

Metode penurunan saldo ganda atau double declining balance (DDB) pada dasarnya merupakan metode penyusutan dua kali lebih cepat dari metode saldo menurun. Berikut ini rumusnya:

DDB = (Nilai Buku Bersih – Nilai Sisa) x (2 / Masa Manfaat) x Tingkat Depresiasi

Melanjutkan contoh sebelumnya, aset dengan masa manfaat lima tahun akan memiliki nilai timbal balik dua kali lipat atau 40% dan diterapkan pada nilai buku aset saat ini untuk penyusutan. Jadi nilai DDB yaitu Rp 1.600.000 / tahun. Meskipun kurs tetap konstan, nilai rupiah diasumsikan menurun seiring waktu karena kurs dikalikan dengan basis depresiasi yang lebih kecil untuk setiap periode.

4. Angka jumlah tahun

Metode angka jumlah tahun atau sum-of-the-years digits (SYD) juga memungkinkan percepatan penyusutan. Untuk menghitungnya, Anda dapat memulainya dengan menggabungkan semua digit perkiraan umur aset. Misalnya, aset dengan masa pakai 5 tahun akan memiliki basis jumlah digit satu sampai lima, atau 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15. 

Baca juga:  Golongan Akun yang Dicatat Dalam Neraca Saldo adalah

Pada tahun penyusutan pertama, 5/15 dari nilai penyusutan dasar akan tersusut. Lalu pada tahun kedua, hanya 4/15 dari nilai penyusutan dasar yang dapat tersusut. Hal seterusnya akan terjadi pada tahun-tahun berikutnya, hingga sampai tahun kelima menyusutkan sisa 1/15 dari nilai dasar.

Berdasarkan contoh kasus diawal tadi, jika perusahaan Anda membeli mesin dengan harga Rp 25.000.000 maka penyusutan tahun pertama yaitu 5/15 x Rp 25.000.000 = Rp 8.333.333. Penyusutan tahun ke 2 yaitu 4/15 x Rp 25.000.000 = Rp 6.666.666. Lalu seterusnya 

5. Unit produksi

Metode unit produksi ini membutuhkan estimasi total unit yang akan dihasilkan suatu aset selama masa manfaatnya. Beban penyusutan kemudian dihitung per tahun berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Metode ini juga menghitung beban penyusutan berdasarkan jumlah yang dapat menyusut.

 

Bagikan Artikel Ini
Facebook
WhatsApp
Telegram
LinkedIn
Artikel Terkait