Training Accurate

Perhitungan Rasio Aktivitas dalam Evaluasi Kinerja Bisnis

Perhitungan Rasio Aktivitas dalam Evaluasi Kinerja Bisnis
Facebook
WhatsApp
Telegram
LinkedIn
Daftar Isi

Rasio aktivitas adalah indikator keuangan yang digunakan untuk mengevaluasi seberapa efisien suatu perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan pendapatan. Rasio ini memberikan wawasan tentang efektivitas manajemen dalam mengelola aset dan menjalankan operasi bisnis sehari-hari. Ada beberapa jenis rasio aktivitas yang umum digunakan dalam evaluasi kinerja bisnis, termasuk rasio perputaran persediaan, rasio perputaran piutang, dan rasio perputaran aset tetap. 

Perhitungan Rasio Aktivitas dalam Evaluasi Kinerja Bisnis

Berikut penjelasan tentang beberapa rasio aktivitas utama dan cara menghitungnya:

1. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio)

Rasio ini mengukur seberapa sering perusahaan menjual dan mengganti persediaannya selama periode tertentu. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mampu menjual persediaan dengan cepat, sedangkan rasio yang rendah mungkin menunjukkan masalah dengan penjualan atau kelebihan persediaan. Berikut rumusnya:

Rasio Perputaran Persediaan = Harga Pokok Penjualan (HPP) / Rata-rata Persediaan

Jika HPP suatu perusahaan adalah Rp 500.000.ooo dan rata-rata persediaannya adalah Rp 100.000.000, maka rasio perputaran persediaannya yaitu:

Baca juga:  Perbedaan Laba Berjalan dan Laba Ditahan beserta Rumusnya

Rasio Perputaran Persediaan = 500.000.000 / 100.000.000 = 5

Ini berarti persediaan berputar 5 kali selama periode tersebut.

2. Rasio Perputaran Piutang (Receivables Turnover Ratio)

Rasio ini mengukur seberapa cepat perusahaan dapat mengumpulkan piutang dari penjualannya. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan efisien dalam mengumpulkan piutang, sedangkan rasio yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan mungkin mengalami kesulitan dalam penagihan piutang. Berikut rumusnya:

Rasio Perputaran Piutang = Penjualan Kredit Bersih / Rata-rata Piutang

Jika penjualan kredit bersih suatu perusahaan  adalah Rp 1.000.000 dan rata-rata piutangnya adalah Rp 200.000, maka rasio perputaran piutangnya yaitu:

Rasio Perputaran Piutang = 1.000.000 / 200.000 = 5

Ini berarti perusahaan mengumpulkan piutangnya 5 kali selama periode tersebut.

3. Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turnover Ratio)

Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aset tetapnya untuk menghasilkan penjualan. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan aset tetapnya dengan efisien, sedangkan rasio yang rendah menunjukkan penggunaan aset tetap yang kurang efisien. Berikut rumusnya:

Baca juga:  Strategi Pengelolaan Beban Operasional yang Baik

Rasio Perputaran Aset Tetap = Penjualan Bersih / Rata-rata Aset Tetap

Jika penjualan bersih suatu perusahaan adalah Rp 2.000.000 dan rata-rata aset tetapnya adalah Rp 500.000, maka rasio perputaran aset tetapnya yaitu:

Rasio Perputaran Aset Tetap = 2.000.000 / 500.000 = 4

Ini berarti setiap rupiah yang diinvestasikan dalam aset tetap menghasilkan penjualan sebesar Rp 4.

4. Rasio Perputaran Aset Total (Total Asset Turnover Ratio)

Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan semua asetnya untuk menghasilkan penjualan. Rasio yang tinggi menunjukkan penggunaan aset yang efisien, sementara rasio yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan mungkin tidak memanfaatkan asetnya secara optimal. Berikut rumusnya:

Berikut ini rumus untuk menghitungnya:

Rasio Perputaran Aset Total = Penjualan Bersih / Rata-rata Total Aset

Baca juga:  Metode Penentuan HPP dan Cara Menghitungnya

Jika penjualan bersih suatu perusahaan adalah Rp 3.000.000 dan rata-rata total asetnya adalah Rp 1.500.000, maka rasio perputaran aset tetapnya yaitu:

Rasio Perputaran Aset Total = 3.000.000 / 1.500.000 = 2

Ini berarti setiap rupiah yang diinvestasikan dalam total aset menghasilkan penjualan sebesar Rp 2.

5. Rasio Perputaran Utang (Accounts Payable Turnover Ratio)

Rasio ini mengukur seberapa cepat perusahaan membayar kewajiban utangnya kepada pemasok. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan cepat dalam membayar utang, sedangkan rasio yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan mungkin menunda pembayaran kepada pemasok. Berikut rumusnya:

Rasio Perputaran Utang = Total Pembelian / Rata-rata Utang

Jika total pembelian suatu perusahaan adalah Rp 800.000 dan rata-rata utangnya adalah Rp 200.000, maka rasio perputaran uangnya yaitu:

Rasio Perputaran Utang = 800.000 / 200.000 = 4

Ini berarti perusahaan membayar utangnya 4 kali selama periode tersebut.

Bagikan Artikel Ini
Facebook
WhatsApp
Telegram
LinkedIn
Artikel Terkait