Dalam akuntansi, impairment loss atau kerugian penurunan nilai adalah pengurangan nilai tercatat suatu aset ketika nilai tercatatnya melebihi jumlah yang dapat dipulihkan (recoverable amount). Kerugian penurunan nilai ini diakui ketika terdapat indikasi bahwa suatu aset mungkin telah mengalami penurunan nilai. Pada artikel ini akan dijelaskan cara menghitung impairment loss dan dampaknya dalam akuntansi.
Cara Menghitung Impairment Loss dalam Akuntansi
Proses menghitung kerugian penurunan nilai melibatkan beberapa langkah berikut ini:
1. Identifikasi Aset yang Berpotensi Mengalami Penurunan Nilai
Pertama, Anda perlu melakukan identifikasi terhadap aset-aset yang berpotensi mengalami penurunan nilai atau nilai tercatatnya mungkin tidak dapat dipulihkan. Hal ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini:
- Resesi atau krisis ekonomi dapat menurunkan permintaan dan nilai aset perusahaan.
- Aset yang menjadi usang karena kemajuan teknologi mungkin mengalami penurunan nilai.
- Aset yang mengalami kerusakan fisik mungkin tidak dapat digunakan secara optimal dan nilainya turun.
- Perubahan regulasi pemerintah dapat memengaruhi nilai aset perusahaan.
2. Menentukan Nilai Wajar Aset
Setelah mengidentifikasi aset-aset yang berpotensi mengalami penurunan nilai, maka langkah selanjutnya adalah menentukan nilai wajar aset. Nilai wajar didefinisikan sebagai harga yang kemungkinan akan diterima dari penjualan aset dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang bersedia dan tidak terpaksa. Penentuan nilai wajar dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
- Jika terdapat pasar aktif untuk aset yang serupa, harga pasar dapat digunakan sebagai nilai wajar.
- Penilaian oleh penilai independen dapat dilakukan untuk menentukan nilai wajar.
- Nilai arus kas masa depan dari aset dihitung dan didiskontokan ke nilai sekarang untuk menentukan nilai wajar.
3. Menghitung Impairment Loss
Jika nilai wajar lebih rendah dari harga perolehan aset, maka perusahaan mengalami kerugian penurunan nilai. Impairment loss dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Impairment Loss = Harga Perolehan Aset – Nilai Wajar Aset
Contoh Perhitungan Impairment Loss
Misalkan sebuah perusahaan memiliki mesin dengan harga perolehan Rp 100.000.000 dan masa manfaat 5 tahun. Pada akhir tahun ke-3, nilai wajar mesin tersebut ditentukan sebesar Rp 60.000.000. Maka, kerugian penurunan nilai untuk mesin tersebut adalah:
Impairment Loss = Harga Perolehan Aset – Nilai Wajar Aset
Impairment Loss = Rp 100.000.000 – Rp 60.000.000 = Rp 40.000.000
Dampak Impairment Loss
Kerugian penurunan nilai memiliki dampak signifikan terhadap laporan keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Berikut adalah beberapa diantaranya:
1. Pengaruh Terhadap Laporan Keuangan
- Laporan laba rugi: Kerugian penurunan nilai diakui sebagai beban pada laporan laba rugi periode berjalan. Ini akan mengurangi laba bersih perusahaan periode tersebut.
- Neraca: Nilai tercatat aset yang mengalami penurunan nilai akan dikurangi jumlah kerugian penurunan nilai yang diakui. Ini akan mengurangi total aset pada neraca.
2. Dampak Terhadap Kinerja Keuangan
- Laba bersih: Penurunan nilai aset akan mengurangi laba bersih perusahaan. Laba bersih yang lebih rendah dapat mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan oleh pemangku kepentingan, termasuk investor dan kreditur.
- Return on Assets: ROA dihitung dengan membagi laba bersih dengan total aset. Penurunan nilai aset akan mengurangi total aset, yang dapat meningkatkan ROA jika laba bersih tidak terlalu terpengaruh. Namun, jika laba bersih juga berkurang secara signifikan, ROA dapat tetap menurun.
3. Pengaruh Terhadap Rasio Keuangan
- Debt to Equity Ratio: Karena total ekuitas dapat berkurang akibat kerugian penurunan nilai, rasio utang terhadap ekuitas dapat meningkat dan menunjukkan peningkatan risiko finansial.
- Asset Turnover Ratio: Penurunan nilai aset dapat mengurangi total aset, sehingga meningkatkan rasio perputaran aset jika penjualan tetap konstan.